Kamis, 12 Februari 2009

"karakteristik Tafsir Sufi"

Tafsir sufi terbagi2 jenis,yaitu tafsir isyari/ramzi (simbolic tafsir) dan tafsir nazari (speculative tafsir).Perbedaannyaterletak pada sikapnya terhadap makna bahsa,tafsir isyari masih mengindahkan makna bahasa itu sedangkan tafsir nazari dapatdikatakan memaksanya.
Jenis-jenis tafsir sufi:
1. Tafsir al-Tustari
a). Tafsir al-Tustari karya Shl Al-Tustari (283/896), kitab ini mungkin sekali kitab tafsir pertama. Tema penting kitab ini adalah pengendalian diri (muhasabah) danmengenal (ma''rifah). Metodenya adalah memilih ayat-ayat yang mengandung segi spiritual dan kadang-kadang menerangkannya menurut pengertiannya yang biasa dan pengertaian bahasa.
b). Tafsir al-Sulami Karya Abu Abd al-Rahman al-Sulami(w 412/ 1021), kitab tafsir yang masih berupa naskah ini memakai juga hadits-hadits yang terpilih,tapi tidak merujuk kepada bahasa.
c).Misykat al-Anwar karya al-Ghazali (w. 1111 M), kitab ini tampil untuk membela pandangan kaum sufi, ketika kitab-kitab mereka dibakar atas fatwa ulama. Karena ia sudah pernah menempuh jalan filsafat dab tasawuf, ia dapat dengan baik menerangkan maksud kaum sufi. menurutnya makna al-Qur'an itu pada dasarnya suci, dan oleh karena itu hanya dapat dipahami oleh orang terpilih. alatnya adalah intuisi, yang segera harus berperan apabila akal sudah tumpul.kaum sufi menyeimbangkan antara "penglihatanluar" dengan "penglihatan dalam", sehingga tafsiran yang mereka kemukakakan tidak dapat ditolak.
2. al-tafsiral-nazari
Jenis tafsir ini diawali oleh tafsir Ibn Arabi, yang tidak sampai kepada kita dan hanya dapat diketahui dari 2 bukunya, al-Futuhat al- Mukkiyahdan Fususu al-Hikam. Menurutnya makna al-Qur'amtidak akan dapat ditangkap oleh ulama, tetapi oleh gnostika al-Qur'an itu bagaikan lautan yang dapat menenggelamkan, tetapi banyak pula yang selamat. kebanyakan tafsir yangdikemukakannya bertujuan untuk membela pandangannya tentang kesatuan wujud alam dan Tuhan (wahdah al-Wujud) yg oleh karena itu para ulama menuduhnya kafir. dengan pandangan itu ia memandang seluruh manusia danagama dalam suatu kesatuan.